MUSIBAH BAGI PENGHAFAL AL-QUR’AN | MUQ Pidie Jaya

Menjadi penghafal Al-Qur’an adalah kemuliaan yang Allah titipkan kepada hati yang Ia pilih. Namun di balik kemuliaan itu tersimpan amanah besar yang tidak boleh dianggap ringan. Ketika seseorang telah menghafal Al-Qur’an, ia bagaikan membawa mahkota cahaya dalam dirinya tetapi mahkota itu harus dijaga, dirawat, dan dipertahankan dengan kesungguhan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Jagalah hafalan Al-Qur’an ini, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hafalan itu lebih mudah lepas daripada unta yang terikat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Maka musibah terbesar bagi penghafal Al-Qur’an bukanlah ketika ia tertimpa kesulitan dunia, ujian ekonomi, sakit, atau kehilangan harta.
Musibah terbesar bagi penghafal Al-Qur’an adalah ketika hatinya mulai jauh dari Al-Qur’an.

Ketika tilawah mulai berat, muroja’ah ditunda-tunda, hafalan tidak lagi dijaga, dan ayat-ayat Allah hanya tersimpan dalam buku tanpa hidup dalam jiwa — maka itulah musibah yang paling menakutkan.

Betapa pedihnya jika suatu hari seorang hamba pernah memegang Al-Qur’an dengan penuh cinta, tetapi kemudian Allah mencabut cahaya itu karena kelalaian sang hamba.

Allah berfirman:

“Dan Rasul berkata: ‘Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak dipedulikan.’”
(QS. Al-Furqan: 30)

Ayat ini bukan hanya mengancam orang yang tidak membaca Al-Qur’an, tetapi juga mengancam para penghafalnya ketika mereka mengabaikan hafalan yang telah Allah titipkan.

Tanda-tanda musibah mulai menimpa penghafal Al-Qur’an

  • Hafalan mulai hilang tanpa usaha untuk memperbaikinya
  • Dada terasa sempit, tetapi hati tidak kembali kepada ayat-ayat Allah
  • Meninggalkan shalat malam dan amal sunnah
  • Lebih sering memegang gawai daripada mushaf
  • Semangat menghafal hilang diganti semangat mengikuti dunia

Jika semua ini terjadi, maka seorang penghafal Al-Qur’an harus segera tersungkur dalam taubat, menangis di hadapan Allah, dan memohon agar cahaya Al-Qur’an tidak dicabut dari hatinya.

Kabar gembira untuk para penghafal yang sedang berjuang

  • Allah tidak menuntut kesempurnaan yang Allah inginkan adalah kesungguhan.
  • Siapa pun yang menjaga Al-Qur’an, Allah akan menjaganya.
  • Siapa yang mendekat kepada Al-Qur’an, Allah akan mendekat kepadanya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Dikatakan kepada penghafal Al-Qur’an di hari kiamat: Bacalah dan naiklah. Bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya di dunia, karena kedudukanmu berada pada ayat terakhir yang engkau baca.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Maka kembalilah kepada Al-Qur’an, walaupun perlahan.
Buka mushaf kembali, walau hanya satu halaman.
Muroja’ahlah, walau hanya satu juz.
Perbaiki hafalan, walau harus dimulai dari awal.

Tidak ada yang lebih indah daripada hidup bersama Al-Qur’an dan tidak ada musibah yang lebih memilukan selain jauh darinya.

Penutup Doa

اللَّهُمَّ اجْعَلِ القُرْآنَ رَبيعَ قُلُوبِنَا وَنُورَ صُدُورِنَا وَجَلاءَ أَحْزَانِنَا وَذَهَابَ هُمُومِنَا وَغُمُومِنَا

“Ya Allah, jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hati kami, cahaya dada kami, penghapus kesedihan kami, serta penolak kesusahan dan kegelisahan kami.

Share It!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.
You need to agree with the terms to proceed

WC Captcha − 6 = 2

RENUNGAN UNTUK SANTRI PENGHAFAL AL-QUR’AN | MUQ Pidie Jaya